Koranparlemen.com | Muara Enim – Pertahanan keras harus benar benar di lakukan oleh pimpinan partai maupun panitia seleksi pemilihan bakal calon Bupati Partai Partai di Kabupaten Muara Enim tahun 2024 ini.
Cukuplah sudah selama ini, berapa kali terpimpin oleh Pejabat Bupati instrumen tujuan sering terpatahkan.
Atas istilah tikus mati di lumbung padi, aktivis para pembela pribumi harus sudah mulai tumbuh kesadaran mendorong Arjuna Arjuna titisan Puyang asli berdarah Serasan bersatu.
Pilihan pertama munculkan darah asli pribumi Muara Enim.
Pilihan kedua beri jalan bagi mereka yang sudah lama mencintai Muara Enim.
Pilihan ketiga jangan ada ruang bagi perusak lingkungan.
Pilihan ke empat Blokade Calon Bupati Pendatang alias Sengkuni bergaya Da’jal.
Perlu kita sadari berapa dekade ke belakang bumi Serasan Sekundang dalam pengelolaan pertambangan Dan hasil bumi terasa terjajah oleh semu, mulai dari hujung bukit Semende darat ulu, Lubai ulu hingga kecamatan Muara Belida pihak swasta benar benar menjadi raksasa di tengah peradapan semut.
Satu estapet kita telah menjadi penonton di tengah ratusan perusahaan yang menjamur, jangan sampai di estapet kedua pihak luar juga atau pendatang tak bernurani yang merebut tampuk kepemimpinan kedepannya, jika hal tersebut terjadi skor telak untuk pribumi.
Hendaklah putra putri pribumi sadar saat ini kita hanyalah mesin kapas oligarki alias tukang semir juragan Empang, lihatlah selama bertahun tahun anggaran tersedot habis di dinas PUPR pertanda taipan taipan bontet gembrot gembul bertambah kenyang, sadarlah kawan kita butuh pemimpin berhati dan berempati yang mengerti arah pembangunan, yang teriris hatinya bila rakyat tak bahagia.
Atas pertimbangan tersebut, alangkah baiknya pemimpin pemimpin partai di bumi Serasan Sekundang ini merenung penuh kesadaran, menguatkan integritas, serta berani bersomasi ke pimpinan partai wilayah maupun pusat bahwa kandidat Bupati Muara Enim 2024 harus asli pribumi dan harga mati.
Tawarkan nama nama kandidat lokal, Nurul Aman, Giri Ramanda, Shinta Paramita Sari, Syuryadi Pakam, H Mat Kasrun, Ir Yulius, H Edison, H Riswandar, Izuddin, Hadiono, Ersangkut, Kasman, lia Anggraeni, Suprianto, Ir A Yani, H Rinaldo, Herdianto, Gus Amu, Zen Sukri, H Ardiansah, Bung Yusrin Denseri.
Berhentilah memberi ruang para pendatang, jika tidak ingin terjajah berkali berkali.
Berhenti juga memberi ruang kepada perusak lingkungan, rampok emas hitam atas nama perut rakyat.
Biarkan putra putri terbaik berkompetensi tampa merusak jalinan kekerabatan, agak esok esok pahlawan kesiangan malu berteriak dan sadar saat ini bukan lagi zaman Nippon. (Syerin)
(Penulis, Syerin Abi Al Fatih Presiden)
